Gosip siang ala Kantor



Alkisah, di suatu kantor pas jam makan siang..
Si bos yang sedang bersiap-siap makan mendekati meja si A dan bertanya.
"Kamu makan siang dimana?"
Tak dinyana, di ujung sana si B yang melihat kejadian itu langsung berasumsi kalau si bos sedang mengajak A makan siang. B pun langsung meraih teleponnya untuk menghubungi si C, seorang rekan kerja yang lain.
Si C menangkap pembicaraan via teleponnya dengan meyakini kalau si bos mengajak makan siang si A karena pasti ada yang harus dibicarakan secara empat mata, biar lebih private. Dan si D yang duduk di sebelah si C pun bertanya.

"Ada apaan men? Muka lo serius banget"

C bercerita dan D mengambil kesimpulan kalau bos mengajak makan siang A karena mungkin akan membicarakan karir si A, mungkin si A akan dipromosikan atau naik jabatan.

Sebelum makan siang, seperti biasa, D pergi ke toilet dan bertemu dengan si E, seniornya yang sudah 10 tahun bekerja. D pun bercerita tentang apa yang tadi si C ceritakan.

E sendiri adalah seorang pekerja kelas menengah yang mana kinerjanya sebenernya tidak terlalu menonjol, boleh dibilang biasa saja. Mungkin itu juga yang membuat dia belum juga dipromosikan.

Merasa
kepikiran terus, waktu makan siang, E cerita ke si F, sesama senior yang juga belum juga dipromosikan kalau si bos mengajak makan siang si A untuk membicarakan promosi jabatan.

F kaget, karena yakin kalau si A adalah seorang anak baru yang kerjanya pun sebenernya tidak terlalu bagus, bahkan cenderung agak pemalas. F geram, dan berasumsi pasti ada yang tidak beres. Dia pun mengira-ngira kalau si bos itu masih mempunyai hubungan saudara dengan si A.

F kemudian pergi ke mushola untuk sholat dzuhur dan bertemu dengan si G, karyawan muda berprospek tinggi. F menceritakan kegalauannya dan memanas-manasi si G, percuma saja bekerja giat kalau hasilnya seperti ini.

G mendengar cerita itu dengan keputusasaan. Dia mulai mengingat-ingat lagi apa yang sudah dia lakukan untuk kantor. Bekerja siang malam, lembur, aktif di
meeting. Semuanya percuma saja kalo urusan karir pun masih melihat unsur nepotisme, pikirnya.

G pun menelepon pacarnya, si H, yang bekerja di kantor saingan, dan mulai berkeluh-kesah, kalo kantornya bukan lagi merupakan kantor yang terbaik buat dia. G pun bercerita secara lengkap. H tertawa kecil, dan berseloroh..

"Dimana-mana yang namanya kerja emang begitu, sayang.. Kamu sih, ga mau kerja sama oom kamu yang di departemen *** (sensor) itu. Lagian kamu kan pinter, ga apa-apalah nepotisme selama ga ada yang dirugiin"

H menutup teleponnya dan bergosip di
pantry dengan sesama rekan kerjanya kalo pacarnya diperlakukan tidak adil walaupun hampir setiap malam minggu, dia merelakan pacarnya untuk lembur di kantor. Beberapa rekan kerja menimpali, mungkin sudah saatnya si G pindah kerja.

Cerita pun bergulir ke segala arah. Dia menyebar di ruang
meeting, toilet, pantry, tangga darurat, lobi kantor, warung nasi sebelah kantor, tempat parkir, sampai arena chatting.

Sementara di sudut lain, si A sedang menunggu tukang soto meracik dagangannya.
"Bang cepetan ya, bos saya bisa marah nih.. Jangan lupa, ga pake bawang goreng ama seledri, bos saya ga suka itu. Bisa mati berdiri dia ntar.."

A pun menggerutu, kenapa harus dia yang disuruh beli makan sama si bos, kenapa bukan OB? Ah, kalau saja ibunya tahu, mungkin ibunya bisa sedih kalau anaknya yang sarjana ini disuruh-suruh beli makan sama bosnya.







Moral of the story :
Gosip di kantor kadang lebih cepat beredar dari pada gosip di tv, bahkan kadang lebih menyakitkan walaupun kebenarannya masih dipertanyakan.



---
picture taken from http://www.askmen.com/money/professional_150/176_professional_life.html

0 comments:

Blogger Template by Clairvo