Surat Terbuka Buat Anda Yang Sedang Tertawa



Dear Siapapun disana yang sedang tertawa,

Apa kabar teman? Baik-baik dan sehat-sehat saja bukan? Pasti anda saat ini sedang bahagia. Ya, bahagia pasti, kan proyek anda berhasil gol kemarin. Karena suasana hati anda sedang enak, mohon izin saya untuk cerita barang sedikit saja. Tidak apa-apa kan?

Teman, hari ini adalah hari yang agak beda buat saya dan teman-teman senegara saya. Sebuah hari yang tidak menggairahkan, membuat frustasi, dan cukup membuat malu apakah negara ini masih layak buat dihuni atau cukup dijadikan arena bermain anda saja?

Hari saya awali dengan tergesa. Saya bangun kesiangan setelah malamnya saya habiskan untuk chat dengan teman baru dari Hongkong. Namanya Benny, seumuran saya, dan dia baru saja pulang liburan dari Bali. Ketika saya tanya kenapa memilih Bali untuk menghabiskan waktu liburan, dia menjawab karena Bali adalah tempat terbaik dimana tempat lain di Indonesia menurutnya tidak terlalu bersahabat untuk orang-orang etnis sipit seperti dia. Saya terkejut mendengar jawaban itu. Mungkin kerusuhan etnis 1998 masih membekas di seantero dunia dan mereka tidak bisa menghilangkan memori itu begitu saja jika mengingat nama Indonesia, pikir saya. Saya pun menjelaskan kalau Indonesia kini berbeda. Kita sekarang lebih terbuka, toleran, dan menghargai perbedaan walaupun masih jauh dari sempurna. Saya bahkan memberi tahu dia kalau saya adalah seorang muslim dan saya senang hidup berdampingan dengan siapa saja, tidak peduli apakah dia itu muslim atau bukan, jawa atau bukan, sipit atau bukan.

Dia pun hati-hati bertanya, apa yang orang muslim lakukan untuk beribadah, apakah asumsinya kalau bom bunuh diri itu salah satu ibadah umat muslim benar atau tidak. Saya geleng-geleng kepala, dan dengan hati-hati menjawab, kalo Islam tidak membenarkan umatnya untuk menyakiti siapapun, apapun. Walaupun tidak bisa berkelit karena banyak bom meledak atas nama agama, saya hanya bisa mengatakan kalau pelaku tidak merepresentasi ajaran agama dengan benar, dan saya pastikan kebanyakan dari mereka berbuat atas nama ketidakadilan dunia terhadap posisi muslim. Singkat cerita, chat itu diakhiri dengan saling bertukar email dan dia menutup pembicaran dengan mengatakan kalau saya sangat menyenangkan. Dia juga berjanji akan mengubah pandangan negatifnya tentang Islam dan Indonesia.

Tiga hari ke depan akan menjadi waktu yang sangat padat buat saya. Setelah bekerja seharian di kantor di hari Jumat, saya sudah mengeset jadwal dengan penuh perhitungan. Sabtu pagi besok, rencananya saya akan menukar tiket pertandingan sepak bola MU vs Indonesia All-star dan langsung meluncur ke kantor di sore harinya untuk melakukan maintenance server sampai esok lusa hari Minggu. Istirahat sejenak, Senin pagi sudah saya rencanakan untuk berpesta durian dengan pacar sebelum sorenya menonton pertandingan sepak bola di Senayan. Saya pun sudah mengambil cuti di hari Selasa untuk beristirahat atau menonton film baru di bioskop.

Hari yang naas, baru tiba di kantor, saya diberitahu kalau JW Marriot dan Ritz Carlton terguncang bom. Saya sempat tidak percaya, karena saya tahu Ritz akan menjadi tempat penginapan tim MU dan Indonesia Allstar. Saya pun memutuskan untuk membuka situs berita secara berkala. Walaupun pekerjaan agak menumpuk untuk persiapan maintenance besok, saya tetap tidak mau ketinggalan berita. Siang harinya, saya mendapat kabar kalau manajemen MU membatalkan pertandingan di Jakarta. Saya langsung mati rasa seketika. Ya, saya tahu harusnya saya lebih berduka untuk para korban, tapi saat itu saya justru lebih teringat pada pacar saya. Tahukah anda kalau tiket pertandingan yang tidak murah ini adalah hadiah dari sang pacar, hadiah yang uangnya dia kumpulkan dari keringatnya, hadiah yang mana untuk mencari tiketnya saja harus memutar otak. Saya jadi ingat kejadian di awal tahun, setelah saya tahu MU menkonfirmasi kedatangannya pada bulan Juli, saya langsung memberitahu pacar saya dan bilang kalau saya harus datang untuk menonton. Tak diduga, sekitar bulan Mei, dia pun memberikan kejutan dengan memastikan 2 tiket untuk pertandingan itu.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Saya pulang kerja dengan perasaan aneh. Tiba-tiba saya jadi ingat Benny, teman baru di Hongkong. Pasti dia sudah mendengar kabar kalau Jakarta terkena bom, dan entah apa yang terlintas dipikirannya. Mungkin Indonesia akan tetap jadi Indonesia yang sudah lama diasumsikannya. Ah, saya jadi malu sudah berbusa-busa dalam percakapan tadi malam. Entahlah. Sepanjang jalan protokol, saya lihat gedung-gedung kantor, hotel dan pusat perbelanjaan kini lebih dijaga ketat. Mata polisi saya yakin akan menjadi awas dan lebih tegas beberapa waktu ke depan ini. Jalanan pun cukup lengang untuk ukuran Jumat malam yang mana biasanya menjadi hari macet sedunia. Ya, Jakarta kini siaga satu kawan.

Sebagai awam, saya selalu mencoba menelaah kejadian tadi pagi. Saya mencoba mengurutkan kejadian, mengambil benang merah, namun selalu saja mentok. Apa sebenarnya motif pemboman itu buat Anda? Kalau anda memang memusuhi Amerika dan Israel (yang mana saya pun ikut membenci kebijakan-kebijakan luar negeri mereka), kenapa tidak anda mengejar Bush saja? Saya yakin sekali, walaupun dijaga oleh bodyguard dan intelijen, penjagaannya tentu tidak seketat waktu dia jadi presiden. Atau coba kerahkan orang-orang anda untuk membantu Palestina meraih kembali tanah airnya dari si bebal Israel. Bom Anda tentu lebih berguna disana. Atau kalau pun Anda kurang modal atau tidak berani, perwakilan Israel terdekat juga ada di Singapura.

Kalau Anda adalah musuh dari republik ini, kenapa anda tidak bermain di politik saja? Bikin lah partai politik, raih simpati massa, menangkan pemilu, dan buat Indonesia baru menurut versi Anda. Buat saya, sekarang Anda tidak lebih dari seorang banci, hanya bisa bermain di belakang, tidak jantan sama sekali. Bahkan banci pun bisa jadi lebih jantan dari anda kalau sang pelanggan kabur tanpa membayar.

Jadi sekarang, saya panggil anda banci saja ya? Oke banci, saya sekarang tidak tahu mau menulis apa lagi. Saya bingung, banyak yang berbisik di telinga saya, meminta dituliskan ini itu. Banyak yang ingin saya tulis, banyak yang ingin ditanyakan. Tapi saya sudah terlalu banyak kecewa hari ini. Mungkin lebih baik saya istirahat dulu saja. Jadi, silakan balas surat saya segera, banci.

Cecep Cipta Kurnia. 17 Juli 2009. 23:32


---
picture taken from http://recoverypartners.biz

0 comments:

Blogger Template by Clairvo